Sabtu, 13 September 2008

ANTARA AKU KAU DAN SEORANG PANUTAN

Antara Aku kau dan Seorang Panutan
Oleh Jariston Habeahan *)

Menjadi panutan bagi orang lain, tidaklah harus begitu sempurna. Karena pada hakikatnya manusia tidak ada yang sempurna. Lihatlah tokoh dimana saja di dunia ini, pasti ada celah dari masyarakat untuk menyatakan keburukan atau titik lemah seseorang itu. Biar jangan terlalu luas, kita lihat apa yang sudah diperbuat soeharto selama menjabat sebagai presiden, perjuangan yang tiada ternilai telah ia bangun dengan baik, namun celahnya ia tercap korupsi sebagai sisi lemahnya sehingga kesempurnaan tidak pernah miliki. Dan masih banyak lagi. Begitulah jika perbuatan setiap orang dilihat secara holistik atau totalitas hidupnya kesempurnaan manusia itu tidak akan tercapai. Kesempurnaan hanya milik Dia yang Ada. Namun paling tidak kita sebagai manusia biasa ada banyak hal yang baik bisa kita perbuat sehingga kita pantas untuk dipanuti oeh orang lain.
Coba tanyakan pada diri sendiri apakah sudah ada yang dipanuti orang lain dari anda? Ketika perbuatan anda sehari-hari menjadi penilaian tertentu bagi orang lain Apa yang sudah anda lakukan. Coba pikirkan sejenak? Barang kali terkesan menggelitik dibenak kita, tapi pasti kita pikirkan suatu saat. Sadar atau tidak, bahwa kecenderungan orang disekitar kita akan mengamati tingkah laku kita yang akhirnya akan mengumpulkan sikap dan tindakan yang kita perbuat.
Walaupun penilaian orang pada umumnya hanya dua hal yang biasanya baik dan buruk, namun untuk tergolong salah satu hal tersebut adalah hal yang tidak mudah untuk disebut. Baik menjadi buruk maupun menjadi baik. Pemilah-milahan akan terjadi secara otomatis, Sehingga ketika kita cenderung berbuat yang tidak baik, maka orang mulai lagi akan menilai sampai pada tahap dimana orang yang di nilai tergolong baik atau buruk. Biasanya berbeda menurut cara pandang orang yang berbeda. Harus kita akui bahwa setiap orang mempunyai toleran yang berbeda-beda tentang sifat kita dalam keseharian, karena setiap orang memiliki bentukan yang berbeda. Sehingga ada baiknya ketika kita berhadapan dengan orang lain harus menjaga sikap dan tindakan yang etis. Artinya kenali orang yang sekitar dan lingkungan sekitar.
Dalam kehidupan pergaulan ada saja orang yang memang menampakkan kebaikan dalam kehidupannya, barangkali karena sudah terpelihara sejak lama sehingga untuk beruat baik dan menyesuaikan bukan hal yang sulit lagi. Artinya ada pengaruh bawaan lahir (genetik) yang walaupun relatif kemungkinannnya, karena ada pengaruh lingkungan. Tidak sulit dalam Arti tidak selalu terpaksa dan berpura-pura.karena jika terpaksa dalam hal berbuat baik, suatu saat bisa ketahuan kepada orang lain disekitar kita. Walau disebagian orang bisa menerima dengan toleransi tertentu. Namun keburukan yang sedikit saja kita buat bisa mengotori kebaikan yang kita buat sekian banyak. Hal ini sangat acap terjadi dikalangan orang sudah terkenal atau orang yang keberadaanya senantiasa tersorot oleh masayarakat.
Menjadi panutan bagi orang lain memang harus bisa bertahan lama, bahkan harus selamanya. Menjadi panutan juga harus memiliki konsistensi dan integritas pada kebaikan atau idealismenya. Artinya jika hari ini ada perkataan untuk berbuat baik atau berupa prinsip/ idalisme maka besok juga harus demikian dan jika dalam perkataan akan berbuat baik maka demikian juga dengan perbuatan secara terus menerus. Singkatnya, bahwa perkataan harus menyatu dengan perbuatan.
Hal selanjutnya yang perlu diketahui adalah ketika kita mengespresikan apa yang kita pikirkan dan bagaimana kita menanggapi pemikiran orang lain, mulai dari hal yag terbaik sampai yang terburuk. Terkadang ekspresi harus sesuai dengan apa yang dipikirkan, karena ketika wacana yang kita sampaikan kepada orang lain adalah hal yang serius maka harus diekspresikan dengan serius pula. Walupun pada suatu saat terlalu serius, bisa dianggap kurang gaul dianggap kurang ramah atau bisa persepsi yang lain muncul disebagian benak orang lain.
Terkait dengan ekspresi, biasanya ada tiga hal yang mungkin yaitu ceria/ bahagia atau senang, Kedua tenang atau diam dan yang Ketiga sedih atau duka. Ketiga hal ini harus diekpresikan dnegan tepat. Hal inilah yang disebut kecerdasan emosional. Dengan demikian seorang panutan pantasnya harus memiliki kecerdasan emosional diatas rata-rata pada umumnya sehingga pantas untuk di ikuti jejaknya dan ditiru perbuatannya.
Segalanya memang tak bisa dijelaskan melalui tulisan ini. Karena kecerdasan emosional ini, disamping kecerdasan lainnya, seperti kecerdasan intelektual dan spiritual seseorang pada dasarnya sulit untuk digambarkan secara mendetail Tapi paling tidak untuk senantiasa menuju kearah yang lebih baik, ada baiknya untuk mengetahui etika, refleksi, koreksi. Termasuk juga kritikan dari orang lain. Sehingga dalam kehidupan seharu-hari ada saatnya untuk memahami orang lain, ada saatnya merenungkan segala apa yang kita lakukan dalam keseharian, dan juga ada saatnya untuk menerima kritikan atau atas perbuatan yang kita perbuat pada suatu saat. ada pada hati nurani seseorang tersebut.
Dengan demikian kita sebagai manusia yang berakal dan berperasaan karsa (feeling) akan tahu jalan yang sudah ditempuh untuk menuju kesempurnaan atau kebaikan yang tidak pernah terbatas. Menjaga perasaan orang lain sama halnya menjaga perasaan diri sendiri, jika perasaan orang lain tidak bisa kita “jaga” atau sering menyakiti hati orang lain berarti kelainan jelas sudah
Harus diakui, menjadi panutan bukanlah hal yang mudah tetapi membutuhkan kedisiplinan diri tidak mengenal waktu dan caracter building (pembangunan karakter) yang membutuhkan proses yang secara terus menerus sehingga akan menuju pernbuatas baik yang tidak terbatas.

*) Penulis adalah mahasiswa FKM semester akhir

Tidak ada komentar: